Entri Populer

Total Tayangan Halaman

Kamis, 21 Juni 2012

LIGHTING STAGE































Hotel Preanger


SEJARAH sebuah kota tidak hanya bisa ditelusuri dari perjuangan masyarakatnya. Selain melalui kondisi geologi, masih banyak saksi bisu lainnya yang bisa menceritakan perjalanan masa lalu sebuah kota, terutama ketika kota tersebut memasuki masa jaya.

Kota Bandung sebenarnya termasuk salah satu kota di Indonesia yang paling beruntung karena masih memiliki salah satu saksi sejarah masa lalunya yang bisa dibaca lewat bangunan-bangunan tua dengan berbagai langgam arsitekturnya. Melalui salah satu kekayaan itu, setiap orang bisa menelusuri perjalanan sejarah kota dan masyarakat Bandung, tergantung dari kepentingannya.
preanger1890.jpg http://bandungtoday.com/wp-content/uploads/2008/09/hotel-grand-preanger-bandung-front.jpg
Hotel Grand Preanger Lampau dan Sekarang

Dari segi arsitektur, Bandung pernah dijuluki sebagai laboratorium arsitektur paling lengkap karena memiliki begitu banyak kekayaan arsitektur yang hingga kini menjadi sumber inspirasi dan bahan penelitian yang tak habis-habisnya untuk digali. Berbagai bangunan tua bukan hanya mampu menceritakan bagaimana awal kota ini dibangun. Bangunan-bangunan tua tersebut antara lain difungsikan sebagai hotel. Salah satu hotel yang masih mempertahankan ciri khas gedungnya yang kuno adalah Grand Hotel Preanger. Asal-muasal sejarah hotel berbintang lima yang berada di kawasan Jl. Asia Afrika No.81, Bandung ini memang sangat panjang. Dimulai tahun 1884 saat Bandung masih bernama Priangan. Ketika itu para pemilik perkebunan di Priangan (Priangan Planters) mulai berhasil dalam usaha pertanian dan perkebunannya.
            Kaum bangsawan ini kemudian sering datang berlibur ke Kota Priangan. Jl. Asia Afrika yang saat itu dikenal sebagai kawasan Groote Postweg (Jalan Asia Afrika). Di Groote Postweg tersebut terdapat sebuah toko yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hari mereka. Sayangnya toko tersebut kemudian mengalami kebangkrutan. Melihat semakin banyaknya pelancong dari sekitar Priangan yang datang, W.H.C. Van Deeterkom mengubah toko tersebut menjadi sebuah hotel.            Hotel Preanger yang didirikan oleh Van Deeterkom ini selama lebih dari seperempat abad menjadi kebanggaan orang-orang Belanda di Kota Bandung. Pada tahun 1929 hotel berarsitektur gaya Indische Empire Stijl ini kemudian direnovasi dan didesain ulang pada tahun 1929 oleh C.P. Wolff Schoemaker dibantu oleh muridnya, Ir. Soekarno (Presiden RI I ) dengan gaya Art Deco.
 ANALISIS
            Menurut saya Hotel Preanger layak untuk dilestarikan karena Hotel Preanger memiliki beberepa criteria kelayakan untuk dilestarikan, diantaranya:
I.                   Nilai bangunan
·         Hotel Preanger merupakan bangunan tua (pabrik roti) yang direnovasi dan didesain ulang pada tahun 1929 oleh C.P. Wolff Schoemaker dibantu oleh muridnya, Ir. Soekarno (Presiden RI I ) dan dijadikan sebuah hotel,
·         Hotel Preanger memiliki nilai estetik sendiri yaitu ada kesatuan dan keharmonisan dengan bangunan-bangunan disekitarnya, karena bangunan-bangunan disekitarnya juga masih peninggalan colonial dan gaya bangunannya sebagian besar sama dan didesain oleh desainer yang sama (Perusahaan Listrik Negara, Gedung Merdeka, Kantor Pikiran Rakyat),
·         Hotel Preanger merupakan salah satu contoh unik dari Gaya bangunan Art Deco, bisa dilihat dari eksteriornya yang megah dan flamboyan, memiliki karakter bentuk geometris yang kuat, warna mencolok, dan garis yang tajam atau jelas. Komposisi massa gedung bertingkat dengan pola asimetris, dilengkapi menara pada bagian tengah yang dibuat tidak terlalu tinggi, tetapi sangat kaya dengan unsur dekoratif. Menara ini menjadi pusat perhatian yang sangat menarik dengan banyaknya ornamen berpola geometris, zig-zag, abstrak, dan berlapis-lapis pada bagian puncak dan sisi-sisinya. Ornamen sejenis juga terlihat memesona menghiasi bidang kolom, lisplang, serta overhang pada pintu masuk serupa dengan pola pada menara. Pola zig-zag bersiku dan bentuk geometris lainnya yang diduga diadopsi dari budaya suku Maya dan Inca Indian diterapkan juga untuk desain kaca patri sehingga beberapa kalangan mengidentifikasikannya sebagai geometrikal Art Deco.
II         Fungsi Bangunan
·         Hotel Preanger memiliki kualitas arsitektur karena banyak hal yang dapat dipelajari disana, selain nilai sejarah (hotel Preanger mengalami perubahan gaya arsitektur serta perubahan fungsi bangunan), fungsi struktur bangunan (hotel Preanger masih tegak berdiri walaupun sudah ‘tua’) , dan estetikanya (memiliki keindahan sendiri bagi penontonya baik eksterior dan interiornya yang membuat terkenang kembali kehidupan masa lampau).
·         Karena di Jalan Asia Afrika sebagian besar masih merupakan kompleks bangunan tua sehingga sangat aneh jika hotel Preanger diruntuhkan selain itu ada beberapa bangunan dengan desainer sama di sekitarnya, sehingga hotel Preanger tampak Harmonis dan memiliki kesatuan dengan bangunan-bangunan disekitarnya.
III        Fungsi Sosial-Budaya
·         Hotel Preanger masih memiliki nilai historis bagi pengunjungnya, pengunjungnya sendiri sebagian besar adalah wisatawan asing dengan usia lanjut yang membawa anak atau cucunya sehingga bisa dikatakan mungkin mereka pernah memiliki kenangan di Hotel Preanger dimasa lalunya dan mewariskan kenangannya tersebut kepada cucunya.
·         Hotel Preanger merupakan bagian dari fase arsitektur tahun 1920an dengan Gaya Art Deco. Sebernarnya gaya awal hotel Preanger adalah Indische Empire Stijl dan kemudian di renovasi dan didesain ulang dengan mengadaptasi gaya bangunan pada masa itu.
IV        Perundang-undangan
·         Hotel Preanger merupakan bangunan tua dengan usia lebih dari 50 tahun, menurut perundang-undangan yang ada di Indonesia bangunan yang sudah berusia lebih atau sama dengan 50 tahun merupakan bangunan cagar budaya yang harus dipelihara dan dipertahankan.
Dari criteria yang saya sebutkan diatas saya miliki pandangan bahwa Hotel Preanger memiliki harta tidak yang ternilai dari sejarah, ilmu pengetahuan, dan estetika. Untuk tetap mempertahakan bangunan ini dilakukan renovasi sehingga bangunan yang tidak berfungsi lagi bisa berfungsi hingga sekarang (dari pabrik roti yang sudah bangkrut menjadi Hotel Preanger) dan adaptasi gaya arsitektur pada masanya, dengan adanya bangunan tua di Jalan Asia Afrika dapat menyeimbangkan pembangunan kota ada bangunan modern dan ada bangunan colonial, tetapi bangunan tetap tidak ‘mati’ gaya walau berada di kota yang modern.
Kemudian dilakukan renovasi pada muka bangunan untuk mengadaptasi gaya arsitektur dan berbagai renovasi area yang terdiri dari area lobby, Preanger Restaurant, Ristorante Italiano, Ramayana Ballroom, Cyber Lounge, Pusat Kebugaran serta Kolam Renang, dan penambahan kamar sama sekali tidak mengubah total gaya arsitektur kuno dari hotel ini, karena Grand Hotel Preanger tetap menampakkan eksterior klasiknya yang bersejarah.
MANFAATSEJARAH sebuah kota tidak hanya bisa ditelusuri dari perjuangan masyarakatnya. Selain melalui kondisi geologi, masih banyak saksi bisu lainnya yang bisa menceritakan perjalanan masa lalu sebuah kota, terutama ketika kota tersebut memasuki masa jaya.

Kota Bandung sebenarnya termasuk salah satu kota di Indonesia yang paling beruntung karena masih memiliki salah satu saksi sejarah masa lalunya yang bisa dibaca lewat bangunan-bangunan tua dengan berbagai langgam arsitekturnya. Melalui salah satu kekayaan itu, setiap orang bisa menelusuri perjalanan sejarah kota dan masyarakat Bandung, tergantung dari kepentingannya.
preanger1890.jpg http://bandungtoday.com/wp-content/uploads/2008/09/hotel-grand-preanger-bandung-front.jpg
Hotel Grand Preanger Lampau dan Sekarang

Dari segi arsitektur, Bandung pernah dijuluki sebagai laboratorium arsitektur paling lengkap karena memiliki begitu banyak kekayaan arsitektur yang hingga kini menjadi sumber inspirasi dan bahan penelitian yang tak habis-habisnya untuk digali. Berbagai bangunan tua bukan hanya mampu menceritakan bagaimana awal kota ini dibangun. Bangunan-bangunan tua tersebut antara lain difungsikan sebagai hotel. Salah satu hotel yang masih mempertahankan ciri khas gedungnya yang kuno adalah Grand Hotel Preanger. Asal-muasal sejarah hotel berbintang lima yang berada di kawasan Jl. Asia Afrika No.81, Bandung ini memang sangat panjang. Dimulai tahun 1884 saat Bandung masih bernama Priangan. Ketika itu para pemilik perkebunan di Priangan (Priangan Planters) mulai berhasil dalam usaha pertanian dan perkebunannya.
            Kaum bangsawan ini kemudian sering datang berlibur ke Kota Priangan. Jl. Asia Afrika yang saat itu dikenal sebagai kawasan Groote Postweg (Jalan Asia Afrika). Di Groote Postweg tersebut terdapat sebuah toko yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hari mereka. Sayangnya toko tersebut kemudian mengalami kebangkrutan. Melihat semakin banyaknya pelancong dari sekitar Priangan yang datang, W.H.C. Van Deeterkom mengubah toko tersebut menjadi sebuah hotel.            Hotel Preanger yang didirikan oleh Van Deeterkom ini selama lebih dari seperempat abad menjadi kebanggaan orang-orang Belanda di Kota Bandung. Pada tahun 1929 hotel berarsitektur gaya Indische Empire Stijl ini kemudian direnovasi dan didesain ulang pada tahun 1929 oleh C.P. Wolff Schoemaker dibantu oleh muridnya, Ir. Soekarno (Presiden RI I ) dengan gaya Art Deco.
 ANALISIS
            Menurut saya Hotel Preanger layak untuk dilestarikan karena Hotel Preanger memiliki beberepa criteria kelayakan untuk dilestarikan, diantaranya:
I.                   Nilai bangunan
·         Hotel Preanger merupakan bangunan tua (pabrik roti) yang direnovasi dan didesain ulang pada tahun 1929 oleh C.P. Wolff Schoemaker dibantu oleh muridnya, Ir. Soekarno (Presiden RI I ) dan dijadikan sebuah hotel,
·         Hotel Preanger memiliki nilai estetik sendiri yaitu ada kesatuan dan keharmonisan dengan bangunan-bangunan disekitarnya, karena bangunan-bangunan disekitarnya juga masih peninggalan colonial dan gaya bangunannya sebagian besar sama dan didesain oleh desainer yang sama (Perusahaan Listrik Negara, Gedung Merdeka, Kantor Pikiran Rakyat),
·         Hotel Preanger merupakan salah satu contoh unik dari Gaya bangunan Art Deco, bisa dilihat dari eksteriornya yang megah dan flamboyan, memiliki karakter bentuk geometris yang kuat, warna mencolok, dan garis yang tajam atau jelas. Komposisi massa gedung bertingkat dengan pola asimetris, dilengkapi menara pada bagian tengah yang dibuat tidak terlalu tinggi, tetapi sangat kaya dengan unsur dekoratif. Menara ini menjadi pusat perhatian yang sangat menarik dengan banyaknya ornamen berpola geometris, zig-zag, abstrak, dan berlapis-lapis pada bagian puncak dan sisi-sisinya. Ornamen sejenis juga terlihat memesona menghiasi bidang kolom, lisplang, serta overhang pada pintu masuk serupa dengan pola pada menara. Pola zig-zag bersiku dan bentuk geometris lainnya yang diduga diadopsi dari budaya suku Maya dan Inca Indian diterapkan juga untuk desain kaca patri sehingga beberapa kalangan mengidentifikasikannya sebagai geometrikal Art Deco.
II         Fungsi Bangunan
·         Hotel Preanger memiliki kualitas arsitektur karena banyak hal yang dapat dipelajari disana, selain nilai sejarah (hotel Preanger mengalami perubahan gaya arsitektur serta perubahan fungsi bangunan), fungsi struktur bangunan (hotel Preanger masih tegak berdiri walaupun sudah ‘tua’) , dan estetikanya (memiliki keindahan sendiri bagi penontonya baik eksterior dan interiornya yang membuat terkenang kembali kehidupan masa lampau).
·         Karena di Jalan Asia Afrika sebagian besar masih merupakan kompleks bangunan tua sehingga sangat aneh jika hotel Preanger diruntuhkan selain itu ada beberapa bangunan dengan desainer sama di sekitarnya, sehingga hotel Preanger tampak Harmonis dan memiliki kesatuan dengan bangunan-bangunan disekitarnya.
III        Fungsi Sosial-Budaya
·         Hotel Preanger masih memiliki nilai historis bagi pengunjungnya, pengunjungnya sendiri sebagian besar adalah wisatawan asing dengan usia lanjut yang membawa anak atau cucunya sehingga bisa dikatakan mungkin mereka pernah memiliki kenangan di Hotel Preanger dimasa lalunya dan mewariskan kenangannya tersebut kepada cucunya.
·         Hotel Preanger merupakan bagian dari fase arsitektur tahun 1920an dengan Gaya Art Deco. Sebernarnya gaya awal hotel Preanger adalah Indische Empire Stijl dan kemudian di renovasi dan didesain ulang dengan mengadaptasi gaya bangunan pada masa itu.
IV        Perundang-undangan
·         Hotel Preanger merupakan bangunan tua dengan usia lebih dari 50 tahun, menurut perundang-undangan yang ada di Indonesia bangunan yang sudah berusia lebih atau sama dengan 50 tahun merupakan bangunan cagar budaya yang harus dipelihara dan dipertahankan.
Dari criteria yang saya sebutkan diatas saya miliki pandangan bahwa Hotel Preanger memiliki harta tidak yang ternilai dari sejarah, ilmu pengetahuan, dan estetika. Untuk tetap mempertahakan bangunan ini dilakukan renovasi sehingga bangunan yang tidak berfungsi lagi bisa berfungsi hingga sekarang (dari pabrik roti yang sudah bangkrut menjadi Hotel Preanger) dan adaptasi gaya arsitektur pada masanya, dengan adanya bangunan tua di Jalan Asia Afrika dapat menyeimbangkan pembangunan kota ada bangunan modern dan ada bangunan colonial, tetapi bangunan tetap tidak ‘mati’ gaya walau berada di kota yang modern.
Kemudian dilakukan renovasi pada muka bangunan untuk mengadaptasi gaya arsitektur dan berbagai renovasi area yang terdiri dari area lobby, Preanger Restaurant, Ristorante Italiano, Ramayana Ballroom, Cyber Lounge, Pusat Kebugaran serta Kolam Renang, dan penambahan kamar sama sekali tidak mengubah total gaya arsitektur kuno dari hotel ini, karena Grand Hotel Preanger tetap menampakkan eksterior klasiknya yang bersejarah.
MANFAAT
            Manfaat yang bisa saya ambil dari analisis saya sehubungan dengan desain adalah saya dapat membedakan perubahan gaya arsitektur dari hotel Preanger (Indische Empire Stijl-Art Deco) kemudian dapat mengetahui istilah-istilah baru dalam desain. Kemudian dapat menambah pengetahuan mengenai bangunan-bangunan bersejarah dan dapat memilah bangunan yang layak untuk dipertahankan berdasarkan criteria kelayakan bangunan. Menambah informasi baru dalam arsitektur dan bisa membandingkan bangunan Indonesia dengan colonial dalam struktur, fungsi, gaya dan arsitekturnya.
            Manfaat yang bisa saya ambil dari analisis saya sehubungan dengan desain adalah saya dapat membedakan perubahan gaya arsitektur dari hotel Preanger (Indische Empire Stijl-Art Deco) kemudian dapat mengetahui istilah-istilah baru dalam desain. Kemudian dapat menambah pengetahuan mengenai bangunan-bangunan bersejarah dan dapat memilah bangunan yang layak untuk dipertahankan berdasarkan criteria kelayakan bangunan. Menambah informasi baru dalam arsitektur dan bisa membandingkan bangunan Indonesia dengan colonial dalam struktur, fungsi, gaya dan arsitekturnya.