BAB I
Tekstil
1.1 Sejarah tekstil
Tekstil yang terbuat dari serat di mulai sejak sekitar 4.000 tahun sebelum masehi. Sekitar tahun 3000 sebelum masehi ditemukan tenunan kapas pada suatu vas perak di Pakistan. Alat pemintal tangan dan tenun meja juga mulai digunakan. Material serat seperti wol, flax, kapas dan sutera di proses dengan alat-alat manual.
Tahun 1665 seorang Inggris bernama Robert Hooke berpikir untuk membuat suatu benang buatan dari suatu zat yang kental. Kemudian ia mencari berbagai alternatif pengembangan teknologi untuk menghasilkan benang tersebut.
Mulai tahun 1850 terjadi perkembangan kimia selulosa. Pada tahun 1884, Graf Chardonnet untuk pertama kalinya membuat sutera buatan dari selulosa. Sutera buatan ini dibuat dengan proses pemintalan menggunakan nitroselulosa (larut dalam larutan organik). Akan tetapi sutera buatan ini mudah terbakar dan sehingga tidak dapat digunakan untu pakaian.
Pada tahun 1927 seorang ahli kimia Jerman bernama Hermann Staudinger menyatakan bahwa serat alam sebenarnya tersusun dari suatu rantai molekul yang besar. Penemuan ini menjadi dasar pengembangan kimia serat dan menempatkan Hermann Staudinger sebagai peraih penghargaan Nobel untuk bidang kimia. Staudinger mengetahui bahwa selulosa adalah rantai Molekul.
Tahun 1931 terjadi pengembangan serat PVC (polyvinyl chloride).
Lalu pada tahun 1935 ditemukan serat yang kemudian diberi nama Nylon atau nilon. Lalu lima tahun kemudian orang dapat membeli kaus kaki pertama yang terbuat dari bahan serat Nilon. Tahun 1938 pengembangan Nylon 6 (Perlon) oleh P. Schlack.
Tahun 1941 penemuan polyethylene terephthalate (PET) oleh Winfield dan Dickson melalui polikondensasi dari etil glikol dan asam tereftalat. Tahun 1948 pengembangan lebih lanjut serat poliamida (PA 11) oleh J. Zeltner dan M. Genas. Tahun 1959 produksi pertama serat polypropylene oleh G. Natta, P. Pinni. dan G. Mazzanti. Pada tahun 1962 pengembangan serat Aramid oleh Du Pont. Pada tahun 1985 penemuan Lyocell oleh seorang Amerika bernama Enka. Serat-serat kimia atau serat buatan (polyamide, polyester, polyacrylonitrile) dan dalam kurun waktu 20 tahun selanjutnya terus berkembang.
1.2 Definisi tekstil
Kata tekstil berasal dari kata latin "texere" yang berarti "menenun" yang lalu mengalami penggantin makna dalam menjadi "apapun yang ditenun", dan selanjutnya meliputi pula rajutan (knit), kempa (felt) dan nonwoven. Pada prinsipnya, tekstil adalah bahan material yang dapat diaplikasikan dalam berbagai macam fungsi dan keperluan tergantung pada jenis, sifat-sifat kimia, fisik dan mekaniknya. Pemanfaatan tekstil sebagai bahan sandang hanya merupakan salah satu dari sekian banyak wilayah aplikasinya dan hingga saat ini masih menempati posisi paling besar karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Keluwesan (flexibility) dan keliatan (toughness) merupakan karakteristik bahan tekstil yang utama dan menjadi faktor penting dalam membuat produk baru, termasuk tekstil teknik (dan tekstil cerdas).
Tekstil teknik adalah istilah yang digunakan untuk memperlihatkan produk-produk tekstil yang lebih mengutamakan fungsi kerjanya daripada estetika. Definisinya menurut "Textile Terms and Definitions" yang dikeluarkan dari Textile Institute adalah bahan-bahan dan produk tekstil yang dibuat dengan lebih mengutamakan sifat-sifat teknik maupun cara kerjanya daripada karakteristik estetik dan dekoratif.
Senada dengan definisi tersebut, menurut "Fairchild's Dictionary of Textiles" tekstil teknik adalah produk tekstil yang digunakan karena sifat-sifat fungsionalnya, terutama untuk kegunaan akhir berteknologi-tinggi.
Hingga sejauh ini belum ada satu batasan menyeluruh yang memuaskan karena semua upaya yang ada masih menyisakan ruang interpretasi, terutama dengan makin banyaknya produk yang menggabungkan dan mengedepankan unsur-unsur teknis fungsional dan dekoratif secara sama. Misalnya, bahan pelapis mebel tahan-api, baju santai dengan peningkatan kenyamanan pakai (breathable leisure wear), karpet pelapis lantai tahan-api dan bahan-bahan pelapis sekat ruang kantor bersifat tahan-api, tahan-kotor dan bebas-bau.
1.3 Tabel Pembentukkan Tekstil
Proses Produksi | Sifat | Hasil | |
Mekanik | Kimia | ||
Serat Alam | Pertanian (kapas, yute,linen) Peternakan (sutera, wool) | Pupuk Organik Nonorganik | Serat alam seperti sutera, kapas, wool, yute, linen, sisal dll |
Serat Sintetis | Pemintalan leleh Pemintalan kering Pemintalan basah | Polymerisasi | Filamen/staple serat polyester , nilon, rayon, Benang nylon, polyester |
Benang Bahan dari serat alam dan serat campuran dalam bentuk serat pendek(staple) | Pemintalan Mesin Blowing, Carding Drawing, ring spinning/sistem rotor. | Tidak membutuhkan zat kimia secara signifikan | Benang kapas, benang sutera, benanhg wool, benang campuran (alam dan sintetis) |
Kain tenun/rajut | Mesin Penganjian Mesin warping, mesin cucuk, Mesin tenun, Mesin rajut, Mein tenun jacquard, dobby dsb | Proses penganjian dengan kanji sintetis dan kanji alam | Kain grey tenun Kain rajut |
Kain non woven | Mesin kempa (mesin pres) | Resin, kimia analisis, kimia organic, polimer. Proses kimia, | Kain non woven Seperti kulit sintetis dsb |
Pewarnanaan (Pencelupan dan Pencapan) | Mesin Cap (screen printing dll), Mesin celup (padding, Jigger Box, Jet dyeing dll ), | Teknologi zat warna, Kimia Tekstil, obat Bantu, kimia fisika, kimia analisis | Kain berwarna Kain bermotif |
Finishing (penyempurnaan) sebagain proses dilakukan sebelum proses pewarnaan ( Proses bakar bulu, desizing,bleaching,scouring) | Mesin penyempurnaaan, bakar bulu, desizing, bleaching, scouring, pemasakan, mesrcerisasi , mesin sanforis, spreading, heat setting, anti air, anti susut | Kimia Tekstil, Resin, bioteknologi, kimia organic, kimia fisika,kimia analisis | Kain halus, berkilau , langsai, kain dengan tujuan khusus anti api, anti air, kain dengan sifat sifat khusus.dsb |
Produk dari testil | Pembuatan disain, pola, Mesin jahit, mesin potong, mesin prres | Tidak ada proses kimia secara signifikan | Upholstery, poliester, satin, fiber |
BAB II
Jenis Tekstil Pada Interior
Jenis tekstil pada Interior
1. Upholstery
A. Sifat
1. fisik
· Kuat berada di bawah sinar matahari langsung
· Tahan api dan abrasi
· Perabotan berlapis kain ini sering dicampur dengan serat alami untuk menghasilkan rasa nyaman
B. Produk
· Sebagai pembungkus sofa
Upholstery banyak digunakan untuk bahan pembungkus sofa karena karakter bahannya yang menghasilkan kenyamanan bagi penggunanya.
· Sebagai aksen dinding
Penggunaan upholstery pada dinding yang terlalu kosong dapat membuat tampilan ruangan yang kurang menarik menjadi lebih menarik. Upholstery juga dapat memperindah bagian dinding pada suatu ruangan.
· Gorden
Upholstery dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat gorden. Penggunaan upholstery karena bahan upholstery yang tidak terlihat terlalu berat, tapi juga tidak terlihat melayang. Dan penggunaan pada gorden ini tidak terlalu diperhatikan pada tebal atau tipisnya bahan yang digunakan.
· Wallcover
2. Nylon
A. Definisi
Nylon adalah serat sintetik yang terbuat dari kopolimerisasi antara asam adipat dan heksametilendiamin membentuk polimer dengan struktur supermolekuler yang sangat kristalin. Serat nilon relatif sedikit mengandung gugus hidrofil dan mengandung gugus amina, sehingga sifatnya lebih hidrofil dibanding poliester. Pada kondisi normal serat nilon mempunyai kandungan air (moisture regain) sebesar kurang lebih 4%. Proses etching dengan GDP selama 20 menit menurunkan berat serat nilon sebesar 6%, sedangkan kekuatannya turun dari 228g menjadi 219g atau sebesar 4,4%.
B. Pembentukan
Sintese nilon 6.6 dari industri tradisional melibatkan asam adipin dan hexamethylene diamin untuk membentuk suatu garam yang meleleh, pada suhu 180oC. Adipin dan hexamethylena diamin diubah menjadi poliamida dengan pemanasan sampai suhu 280oC di bawah tekanan, yang menghilangkan air. Asam adipik dengan menggunakan polymerisasi pada umumnya diperoleh dengan oksidasi perpecahan cyclohexena dengan asam nitrat, suatu cuka mengoksidasi sangat kuat. Ada beberapa corak yang diinginkan reaksi inti ini jika seseorang mempertimbangkan besar produksi nilon meliputi seluruh dunia. Asam Nitrat bereaksi dengan cepat deangan kandungan organik yang bermacam-macam, sebagai faktor keselamatan dari kimia berbahaya. Hal ini juga memberikan beberapa resiko lingkungan yaitu mengakibatkan emisi dari Nitro oksida (N2O mengandung nitrogen), gas rumah kaca, dan produksi skala asam adipin yang industri juga dipercaya mengubah 10% dari semua tidak alami emisi nitro oksida (“ NOx”).
Dalam tiga minggu, asam adipin dan nilon 6.6 akan disatukan dengan metode pembentukan yang berbeda. Dua minggu pertama, dua asam adipin akan diselidiki berbeda (a.k.a. 1,6-hexane cuka dicarboxylic) sintesa dimulai dengan cyclohexena. Reaksi yang pertama adalah reaksi yang sangat umum dan efektif yang sering terlihat dari banyak buku teks laboratorium ilmu kimia organik. Minggu kedua kondisi-kondisi reaksi adalah prosedur ramah lingkungan yang pertama yang dimodifikasi lebih dulu dilaporkan dalam Jurnal Ilmiah ( K. Sato, M. Aoki, R. Nyori, 281, 1646-1647,1998), suatu salinan yang ada punggung selebaran.
C. Sifat
1. Kimia :
Kekuatan dan elastisitas serta ketahanan sangat baik,
Tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan serangga,
Biasanya nilon tahan terhadap noda dan warna.
2. Fisik
Nilon memiliki tekstur halus dan berkilauan.
D. Produk
· Permadani atau karpet
3. Poliester
A. Definisi
Poliester adalah suatu kategori polimer yang mengandung gugus fungsional ester dalam rantai utamanya. Meski terdapat banyak sekali poliester, istilah "poliester" merupakan sebagai sebuah bahan yang spesifik lebih sering merujuk pada polietilena tereftalat (PET). Poliester termasuk zat kimia yang alami, seperti yang kutin dari kulit ari tumbuhan, maupun zat kimia sintetis seperti polikarbonat dan polibutirat.
Dapat diproduksi dalam berbagai bentuk seperti lembaran dan bentuk 3 dimensi, poliester sebagai termoplastik bisa berubah bentuk sehabis dipanaskan. Walau mudah terbakar di suhu tinggi, poliester cenderung berkerut menjauhi api dan memadamkan diri sendiri saat terjadi pembakaran. Serat poliester mempunyai kekuatan yang tinggi dan E-modulus serta penyerapan air yang rendah dan pengerutan yang minimal bila dibandingkan dengan serat industri yang lain.
B. Pembentukan
Sesudah tahap pertama produksi polimer dalam fase leleh, arus produk terbagi menjadi dua bidang aplikasi yang berbeda yakni aplikasi tekstil dan aplikasi pengepakan.
Untuk menghasilkan poliester leleh dengan sangat efisien, beberapa langkah pengolahan beroutput tinggi seperti serat stapel (50–300 t/d per lini pemintalan) atau POY /FDY (sampai 600 t/d yang dipisahkan menjadi sekitar 10 mesin pemintalan) merupakan proses yang semakin horizontal, terintegrasi, dan langsung. Ini berarti polimer leleh langsung diubah menjadi filamen atau serat tekstil tanpa melalui tahap pembutiran. Kita sedang membahas integrasi horizontal sepenuhnya saat poliester diproduksi mulai dari minyak mentah atau berbagai produk penyulingan dalam chain oil -> benzena -> PX -> PTA -> PET leleh -> serat / filamen atau bottle-grade resin.
C. Cara mendapatkannya
Poliester merupakan salah satu polimer sintetis yang terbuat Purified Terephtalic Acid (PTA) atau dimetil ester dimethyl terephthalate (DMT) dan Mono Etilena Glikol (MEG). Dengan pangsa pasar sebesar 18% dari semua bahan plastik yang diproduksi, poliester berada di urutan ketiga setelah polietilena (33.5%) dan polipropilena (19,5%).
D. Sifat
Sifat mekanik :
1. Tahan benturan
2. Tahan tarikan
Sifat Fisik :
1. Polyester tahan terhadap keriput.
2. Tahan bengkok
3. Mengkilap
E. Produk
· Seprei ranjang
· Tirai dan korden
· Fiber fill dari poliester digunakan pula untuk mengisi bantal dan selimut penghangat.
4. Satin
A. Definisi :
Satin adalah anyaman yang memiliki permukaan mengkilat. Ini adalah tenun didominasi warp-teknik yang membentuk jumlah minimum interlacings dalam kain. Beberapa definisi menegaskan bahwa kain tersebut terbuat dari sutra.
Satin berasal dari Abad Pertengahan sebagai istilah untuk jenis lebih berkilau dan mewah berat kain sutra samite. Nama satin datang dari pelabuhan Cina di mana para pedagang Timur Tengah yang diperoleh itu, Zaitun (sekarang Quanzhou) di propinsi Fujian.
B. Pembentukan
Menenun satin yang lebih fleksibel lebih rumit daripada menenun polos. Dalam menenun satin, jalinan benang diatur sedemikian rupa sehingga kain ditutupi dengan benang lungsin. Saat menenun harus ada benang garis yang dibedakan.
Harus ada Tenunan yang berada di atas sebanyak empat tenunan atau lebih kemudian dibuat sebuah jalinan yang membentuk pola seperti 4 / 1; 7 / 1 atau 11 / 1. Jika serat filament yang digunakan seperti sutra atau nilon, kain yang dihasilkan disebut sebagai "satin". Jika bahan pokok yang digunakan seperti benang kapas, kain yang sesuai dikatakan sebagai "kain saten”.
C. Sifat
Sifat Fisik
· Berkilau
· Halus
D. Produk
· Gorden
· Seprei
· Kain furnishing
DAFTAR PUSTAKA
http://majarimagazine.com/2009/05/plasma-dalam-industri-tekstil/
http://raz2305ans.multiply.com/journal/item/4
http://www.facebook.com/note.php?note_id=212842154254
http://id.wikipedia.org/wiki/Poliester
http://housekeeping.about.com/od/fabricglossary/a/fabric_polyeste.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Satin
http://www.homeinstitute.com/introduction-to-upholstery-fabric.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar