Entri Populer

Total Tayangan Halaman

Jumat, 27 Agustus 2010

Museum Migas

Maaf, klo sedikit aneh... soalnya pada waktu ntu saya ga paham bener ama ini mata kuliah...
hahaha... semoga membantu ajah deh... :P

PEMBAHASAN


II.1 SEJARAH

Museum Minyak dan Gas Bumi “Graha Widya Patra” (Gawitra) terletak di bagian timur TMII berdekatan dengan Taman Burung dan Museum LEB. Museum Migas dirancang pada tahun 1983 oleh arsitek Adhi Moersid, IAI dan Baskoro Sardadi. Pada lahan seluas 2 Ha dengan luas bangunan 4000 m 2. Pembangunan fisik dari Museum Migas sendiri dimulai pada bulan Juli 1987, dan diresmikan oleh Presiden Suharto pada tanggal 20 April 1989.

Pembangunan Museum Migas dibangun untuk menandai peringatan 100 tahun industri minyak dan gas bumi Indonesia. Museum Migas merupakan sumbangan masyarakat perminyakan Indonesia demi melestarikan dan mewariskan nilai-nilai juang kepada generasi penerus untuk peningkatan ilmu dan teknologi.


II.2 Interior dan eksterior

Gedung utama dari Museum Migas berbentuk anjungan lepas pantai dengan dua bangunan pendukung berbentuk gilig menyerupai tangki minyak, disebut Anjungan Eksplorasi dan Anjungan Pengolahan. Ruang pameran terdapat di gedung utama dan di anjungan eksplorasi. Pameran di gedung utama mengenai sejarah industri perminyakan. Di ruang ini terdapat Teater Minyak yang memutar film pendek dan multislide mengenai asal-mula serta hasil pengolahan minyak dan gas bumi di Indonesia. Selain itu terdapat ruangan untuk memamerkan berbagai benda hasil olahan Migas dan bahan pembuatan Migas yang ada. Anjungan eksplorasi pada Museum Migas untuk eksplorasi Migas, termasuk peragaan sejarah terjadinya cekungan Migas serta penerapan teknologi di masa yang lalu, sekarang dan yang akan datang.

Di luar gedung dipamerkan peralatan pengeboran minyak dan peragaan benda-benda eksplorasi berupa menara bor tahun 1930-an, berbagai pompa angguk, sebuah truk logging tua, pompa bensin engkol, dan sebuah kilang minyak tua.


II.2.a Elemen Arsitektur berupa :

WALL
Dinding dari Museum Migas sebenarnya berwarna putih polos tetapi pada beberapa ruangan dinding ditutup dengan pajangan dan lukisan. Kekurangan dari dinding-dinding pada museum Migas adalah cat yang terkelupas akibat lembabnya udara, kemudian jahilnya tangan pengunjung. Seharusnya pengelola meningkatkan perawatan museum.


Material :

1. Dinding museum ditutup dengan display peraga

2. Dinding dikacih dan dicat putih

3. Dinding dikacih bertekstur dan dicat perwarna ruangan, sebagian besar berwarna putih

FLOOR
Lantai dari lobby museum Migas terbuat terasso hitam, pada ruang sejarah terbuat dari keramik berwarna putih, kemudian pada teather dilapisi oleh karpet. Tidak begitu banyak permasalahan pada lantai, mungkin yang menjadi permasalahannya terletak pada lantai karpet yang berada di ruang teater karena tidak tertutup secara rapi, kemudian pada karpet pelapis tangga tidak tertutup secara merata, lalu lantai keramiknya pecah. Sehingga membuat pandangan menjadi tidak nyaman. Seharusnya pengelola lebih memperhatikan bagian yang memang dapat dilihat langsung oleh pengunjung.




Material :

1. Menggunakan Teraso berwarna hitam bercorak seperti granit berukuran 120x120cm.

2. Menggunakan keramik putih ukuran 30x30cm.

3. Menggunakan karpet berwarna abu-abu dan coklat.



COLUMN
Column bangunan pada museum ini berbentuk lingkaran terbuat dari beton. Kekurangannya cat-catnya terkelupas, seharusnya lebih diperhatikan lagi perawatan dari museum.


Material :

1. Beton bulat berdiameter 50cm

2. Beton bulat berdiameter 120cm

3. Warna berdasarkan tema ruangan

CEILLING
Langit-langit pada lobby museum tebuat dari lapisan fiber kemudian Langit-langit ruangan sejarah museum dilapisi oleh gipsum yang di cat putih, kemudian langit-langit diberikan aksen dari beton dan kayu berpola kotak-kotak. Pada langit-langit banyak terdapat lampu inbow, lubang AC, sprinkle, dan pendeteksi asap. Kekurangannya dikarenakan banyak langit-langit yang berlubang karena dilepasnya lampu inbow dan tidak dikembalikan lagi.

Material :

1. Gipsum polos berwarna putih

2. Rangka beton

3. Rangka kayu beukuran 30x30cm

4. Fiber pada lobby


STAIRS
Lantai pada museum terbuat dari balok kayu kemudian tangga batu yang dilapisi terasso, lalu pada ramp berputar menggunakan karpet. Kekurangan pada tangga terdapat pada tangga yang menuju ruang teater karena karpet tidak tertutup secara merata.



Material :

1. Tangga berlapis karpet

2. Tangga dengan terasso

3. Ramp miring

4. Ramp berputar

DOOR
Pintu pada entrance terbuat dari kaca sehingga cahaya matahari dapat menyinari bagian lobby museum, kemudian pintu lipat dan kayu. Kekurangannya ada salah satu pintu masuk yang tidak dapat digunakan.


Material :

1. Kaca setebal 1cm pada entrance

2. Pintu kayu pada kamar kecil

3. Pintu lipat


WINDOW
Tidak ada jendela pada museum ini karena memang museum ini dirancang dengan AC center sehingga penggunaan jendela tidak diperlukan.


II.2.b PRINSIP DESAIN

1. BALANCE

Ruangan pada museum Migas asimetris. Karena tidak ada sumbu yang sesuai untuk memotong denah ruang sejarah. Walaupun dari denah seperti simetris tapi sebenarnya asimetris.




2. HARMONY AND UNITY

Keselarasan dan kerberlangsungan bangunan dengan benda di sekelilingnya cukup dan tidak berlebihan. Bentuk dari benda-benda pada museum juga tidak mencolok dan sesuai dengan ruangan. Warna selaras perbagian ruangan sejarah museum.




3. EMPHASIS AND FOCUS

Penekanan ruangan terdapat pada daerah ruangan yang menggantung dan warna yang mencolok.

4. PROPORTION

Proporsi dari benda-benda di museum standar tidak berlebihan, tidak ada yang menjulang tinggi ataupun terlalu kecil. Tinggi dari pajangannyapun sesuai untuk pengunjung yang datang.




5. SCALE

Skala ruangan dengan alat peraga sesuai, ruangan cukup luas dan lidak mengganggu alat peraga, sehingga kalaupun banyak pengunjung tidak terasa sempit. Antara peragapun tidak berlebihan sehingga tidak ada masalah dengan skala dari ruangannya.




II.2.c ELEMEN DESAIN INTERIOR


1. FORM

Bentuk-bentuk dari benda-benda pada ruangan tidak ada masalah dari sudut pandang manapun stabil tidak berlebihan, pencahayaannya pun tidak membuat bentuk benda bermasalah.




2. SPACE

Ruangan-ruangan pada museum ini luas tetapi pas untuk sebuah museum. Tidak berlebihan dan setiap ruangan memiliki alat peraga yang teratur.

3. LIGHTING

Pencahayaan ruangan museum pada lobby menggunakan energi matahari pada pagi dan siang hari, dan pada malam hari menggunakan lampu. Pada ruang sejarah menggunakan spotlight dan lampu inbow.


4. COLOUR

Warna pada seluruh ruangan museum secara garis besar berwarna putih sehingga memberi kesan bersih, luas, netral, kosong, dan tidak memiliki energi. Warna-warna yang digunakan adalah warna cahaya primer yaitu merah, biru, dan hijau, sehingga menghasilkan warna putih.



II.2.d UNSUR TAMBAHAN

1. ORGANISASI RUANGAN

Pemisahan ruangan pada museum ini tidak menggunakan pintu tetapi menggunakan tangga biasa dan ramp berputar. Karena museum ini menjabarkan proses dari migas, sehingga pengunjung seperti diarahkan tanpa petunjuk untuk menuju ke ruang selanjutnya.


2. ILUMINASI

Pencahayaan secara alami menggunakan energi matahari berada pada bagian lobby dan beberapa bagian pada ruang sejarah, karena bagian lobby dindingnya berupa kaca dan dinding atas pada ruang sejarah menggunakan glassbox.

Tidak ada komentar: